Thursday, May 28, 2015

teknologi sediaan sirup



SIRUP

Dalam Farmakope Indonesia edisi III, sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa, C12H22O11, tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau perngganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel, 1989).
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirup simpleks adalah sirup yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain (Syamsuni, 2007). Sirup adalah larutan pekat gula atau gula lain yang cocok yang di dalamnya ditambahkan obat atau zat wewangi, merupakan larutan jerni berasa manis. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol, atau polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit, dengan maksud selain untuk menghalangi pembentukan hablur sakarosa, juga dapat meningkatkn kelarutan obat (Anonim, 1978).

Komponen sirup
Sebagian besar sirup-sirup mengandung komponen-komponen berikut didamping air murni dan semua zat-zat obat yang ada:
1.      Gula, biasanya sukrosa atau pengganti gula igunakan untuk memberi rasa manis dan kental
2.      Pengawet anti mikroba. Diantara pengawet-penagawet yang umum digunakan sebagi sirup denga konsentrasi lasim yang efektif adalah : asam benzoat (0,1-0,2 %), natrium benzoat (0,1-0,2 %) dan berbagi campuran metil-,profil,dan butil paraben (total ± 0,1 %). Sering kali alkohol digunakan dalam pembuatan sirup untuk membantu kelarutan bahan-bahan yang larut dalam alkohol, tetapi secara normal alkohol tidak ada dalm produk akhir dalm jumlah yang dianggap cukup sebagai pengawet (15-20 %).
3.      Pembau
4.      Pewarna. Untuk menambah daya tarik sirup, umumnya digunakan zat pewarna yang berhubungan dengan pemberi rasa yang digunakan ( misalnya hijau untuk rasa permen, coklat untuk rasa coklat dan sebaginya). Pewarna yang digunakan umum larut dalam air, tidak bereaksi dengan komponen lain dari sirup, dan warna stabil pada kisaran pH dan dibawah cahaya yang intensif sirup tersebut mungkin menjadi enounter selama masa penyimpanan.
5.      Perasa. Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan yang berasal dari alam seperti minyak-minyak menguap (contoh : minyak jeruk), vanili dan lain-lainnya. Untuk membuat sirup jamin yang sedap rasanya. Karena sirup adalah sediaan air, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Akan tetapi, kadang-kadang sejumlah kecill alkohol ditambahkan kesirup untuk menjamin kelangsungan kelarutan dari pemberi rasa yang kelarutannya dalam air buruk.
6.      Biasanya  untuk untuk sirup yang dibuat dalam perdagangan, mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, kental, dan stabilisator.

Jenis – Jenis Sirup
Ada 3 macam sirup, yaitu :
1.      Sirup simpleks : mengandung 65% gula dengan larutan nipagin 0,25% b/v.
2.      Sirup obat : mengandung 1 jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan dan digunakan untuk pengobatan.
3.      Sirup pewangi : tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau zat penyedap lain. Tujuan  pengembangan sirup ini adalah untuk menutupi rasa tidak enak danbauobatyangtidak enak                                                                                                                                          
Keuntungan
1.      Sesuai untuk pasien yang sulit menelan (pasien usia lanjut, parkinson, anak - anak).
2.      Dapat meningkatkan kepatuhan minum obat terutama pada anak - anak karena rasanya lebih enak dan warna lebih menarik.
3.      Sesuai untuk yang bersifat sangat higroskopis dan deliquescent.

Kerugian
1.      Tidak semua obat ada di pasaran bentuk sediaan sirup.
2.      Sediaan sirup jarang yang isinya zat tunggal, pada umumnya campuran/kombinasi beberapa zat berkhasiat yang kadang-kadang sebetulnya tidak dibutuhkan oleh pasien. Sehingga dokter anak lebih menyukai membuat resep puyer racikan individu untuk pasien.
3.      Tidak sesuai untuk bahan obat yang rasanya tidak enak misalnya sangat pahit (sebaiknya dibuat kapsul), rasanya asin (biasanya dibentuk tablet effervescent).
4.      Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air (biasanya dibuat suspense atau eliksir). Eliksir kurang disukai oleh dokter anak karena mengandung alcohol, suspense stabilitasnya lebih rendah tergaantung ormulasi dan suspending egent yang digunakan.
5.      Tidak bisa untuk bahan obat yang berbentuk minyak (oily, biasanya dibentuk emulsi yang mana stabilitas emulsi lebih rendah dan tergantung formulasi serta emulsifying agent yang digunakan).
6.      Tidak sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil setelah dilarutkan (biasanya dibuat sirup kering yang memerlukan formulasi khusus, berbentuk granul, stabilitas setelah dilarutkan haInya beberapa hari).
7.      Harga relatif mahal karena memerlukan formula khusus dan kemasan yang khusus pula.

Resep
AETHYLMORPHINIEPHETONINISIRUPUS
Komposisi
Tiap 5 ml mengandung :
  • Aethylmorphini Hydrochloridum 2 mg 
  • Epetonium                                     5 mg 
  • Thymi sirupi hingga                      5 ml
Penyimpanan                Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh, ditempat sejuk.
Dosis                             4 kali sehari 1 sampai 2 sendok teh

Cairan untuk sirup, dimana gulanya akan dilarutkan dapat dibuat dari:
1.Aqua destilata: untuk sirupus simplex.
2.Hasil-hasil penarikan dari bahan dasar:
a. Maserat misalnya sirupus Rhei
b. Perkolat misalnya sirupus Cinnamomi
c. Colatura misalnya sirupus sanae
d. Sari buah misalnya rubi idaei
     3. Larutan atau campuran larutan bahan obat misalnya: methdilazina hydrochloride sirupus, sirup-sirup dengan nama paten misalnya: yang mengandung campuran vitamin.

CARA PEMBUATAN SIRUP
1.      Buat cairan untuk sirup
2.      Panaskan tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut
3.      Tambahkan air mendidih secukupnya hingga di peroleh bobot yang di kehendaki
4.      Buang busa yang terjadi dan serkai.
Pada pembuaan sirup dari simplisia yang mengndung glikosida antrakinon di tambahkan sejumlah 10% bobot simplisia. Kecuali di nyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan di tambahkan   metil paraben 0,25% b/v atau pengawet lain yang cocok. Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66% sakarosa, bila lebih tinggi akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah dari 62% sirup akan membusuk. Pada penyimpanan dapat terjadi inverse dan sakarosa (pecah menjadi glukosa dan fruktosa) dan pada sirup yang bereaksi asam inverse dapat terjadi lebih cepat. Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan akan menyebabkan terjadinya gula invert.
Gula invert adalah gula yang terjadi karena penguraian sakarosa yang memutar bidang polarisasi kekiri. Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer sehingga mudah berjamur dan berwarna tua (berbentuk karamel), tetapi mencegah terjadinya oksidasi dari bahan obat. Kadang-kadang gula invert dikehendaki adanya misalnya dalam pembuatan sirupus iodeti ferrosi, hal ini disebabkan karena sirup merupakan media yang mereduksi, mencegah bentuk ferro menjadi bentuk ferri.
Gula invert disini dipercepat pembuatannya dengan memanaskan larutan gula dengan asam sitrat. Pada sirup yang mengandung sakarosa 62% atau lebih, sirup tidak dapat ditumbuhi jamur, meskipun jamur tidak mati. Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur akan tumbuh. Bila dalam resep, sirup di encerkan dengan air dapat pula di tumbuhi jamur. Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat di tambahkan bahan pengawet misalnya nipagin.
Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka sakarosa di larutkan dengan pemanasan lemah dan dalam botol yang tertutup, seperti pada pembuatan thymin sirup dan thymin composites sirupus, aurantii corticis sirupus. Untuk cinnamomi sirupus sakarosa di larut tanpa pemanasan. Melarutkan bahan – bahan dengan bantuan pemanasan. Melarutkan bahan – bahan dengan pengadukan tanpa pemanasan. Penambahan sukrosa pada cairan obat yang dibuat atau pada cairan yang diberi rasa.

a. Perkolasi dan Maserasi
1.      Larutan yang dibuat dengan pemanasan.
2.      Sirup yang dibuat dengan cara ini apabila:
a.       dibutuhkan pembuatan sirup secepat mungkin
b.      komponen sirup tidak rusak atau menguap oleh panas
Pada cara ini umumnya gula ditambahkan ke air yang dimurnikan, dan panas digunakan sampai larutan terbentuk.
Contoh : Sirup akasia, Sirup cokelat.
     b. Larutan yang diaduk tanpa bantuan panas
1.      Menghindari panas yang meransang inverse sukrosa
2.      Proses ini memakan waktu lebih lama
3.      Mempunyai kestabilan yang maksimal
4.      Bila bahan padat akan ditambahkan ke sirup, yang paling baik adalah melarutkannya dalam sejumlah air murni dan kemudian larutan tersebut digabungkan ke dalam sirup.
Contoh: Sirup ferro Sulfat.
c. Penambahan sukrosa ke dalam cairan obat/cairan pemberi rasa
1.      Adakalanya cairan obat seperti tinktur atau ekstrak cair digunakan sebagai sumber obat dalam pembuatan sirup.
2.      Banyak tingtur dan ekstrak seperti itu mengandung bahan – bahan yang larut dalam alcohol dan dibuat dengan pembawa beralkohol atau hidroalkohol.
3.      Jika komponen yang larut dalam alcohol dibutuhkan sebagai bahan obat dalam suatu sirup, beberapa cara kimia umum dapat dilakukan agar bahan – bahan tersebut larut di dalam air. Akan tetapi apabila komponen yang larut dalam alcohol tidak dibutuhkan, komponen – komponen tersebut umumnya dihilangkan dengan mencampur tinktur atau ekstrak tersebut dengan air, campuran dibiarkan sampai zat – zat yang tidak larut dalam air terpisah sempurna, dan menyaringnya dari campuran. Filtratnya adalah cairan obat yang kepadanya kemudian ditambahkan sukrosa dalam sediaan sirup. Pada kondisi lain, apabila tingtur dan ekstrak kental dapat bercampur dengan sediaan berair, ini dapat ditambahkan langsung ke sirup biasa atu sirup pemberi rasa sebagai obat.
Contoh sirup yang dibuat dengan cara ini adalah : Sirup Senna.

CARA MENJERNIHKAN SIRUP
Adabeberapa cara menjernihkan sirup:
1.      Menambahkan kecocokan zat putih telur segera pada siru. Didihkan sambil diaduk, zat putih telur akan menggumpal karena panas
2.      Menambah bubur kertas saring lalu didihkan dan saring kotoran sirup akan melekat ke kertas saring.

CARA MEMASUKAN SIRUP KE DALAM BOTOL
Penting untuk kestabilan sirup dalam penyimpanan, supaya awet (tidak berjamur) sebaiknya      sirup di simpan dengan cara:
1.    Sirup yang sudah dingin di simpan dalam wadah yang kering. Tetapi pada pendinginan ada kemungkinan terjadinya cemaran sehingga terjadi juga penjamuran.
2.    Mengisikan sirup panas-panas kedalam botol panas (karena sterilisasi) sampai penuh sekali sehingga ketika disumbat dengan gabus terjadi sterilisasi sebagian gabusnya, lalu sumbat gabus dicelup dalam lelehan paraffin solidum yang menyebabkan sirup terlindung dari pengotoran udara luar.
3.    Sterilisasi sirup, di sini harus di perhitungkan pemanasan 30 menit apakah tidak berakibat terjadinya gula invert.
Maka untuk kestabilan sirup, FI III juga menulis tentang penambahan metil paraben 0,25% atau pengawet lain yang cocok.

Dari tiga cara memasukan sirup ke dalam botol ini yang terbaik dalah cara ketiga

PENETAPAN KADAR SAKAROSA
1.         Timbang seksama  ±25 gram sirup dalam labu terukur 100 ml, tambahkan 50 ml air dan sedikit larutan alumunium hidroksida p. Tambahkan larutan timbale (II)  sub asetat p tetes demi tetes hingga tetes terakhir tidak menimbulkan kekeruhan.
2.         Tambahkan air secukupnya hingga 100,0 ml saring, buang 10 ml filtrat  pertama. Masukkan ± 45,0 ml filtrate kedalam labu terukur 50 ml, tambahkan campuran 79 bagian volume asam klorida p dan 21 bagian vol, air secukup hingga 50,0 ml. Panaskan labu dalam penangas air pada suhu  antara 68º dan 70ºC selama 10 menit, dinginkan dengan cepat sehingga suhu lebih kurang 20ºC.
3.         Jika perlu hilangkan warna dengan menggunakan tidak lebih dari 100 mg arang penyerap.
4.         Ukur rotasi optic larutan yang belum di inverse dan sesudah inverse menggunakan tabung 22,0 cm pada suhu pengukur yamg sama antara 10º dan 25ºC.

CONTOH RESEP PADA SEDIAAN SIRUP
R/OBH FM FLS 1 60 ml
Adde
GG III Tab
Mf. Syr 100 ml
Stdd cth 1
Pro: Fomela (9thn)

FO : OBH FM ( Iso halaman 311)
        R/Glycrrhizae succus 100 mg
             Efedrin HCL 5mg
             CTM 2 mg
             NH4cl 40 mg
             PCT 120 mg
FO : GG ( FORNAS 142)
         R/GG 100 mg


JUMLAH SENDOK : 60/5 = 12 SENDOK

Pengenceran : CTM  40 Mg
           Timbang CTM 50 Mg
                     Air            5cc
                                      5cc
Yang diambil 40/50x 5cc = 4ml
Sisa i ml






D
TM
KHASIAT
KELARUTAN
DAPUS

W

G
G
W


G

-


50/150

-/40mg
-/8 gr



-

Expektoran

Spasmolitikum
Antihistamin
Anti ekspektoran
Analgeti , antipirektik
Ekspektoran

LARUT DALAM ETANOL
LARUT DALAM 4 BAG AIR
LARUT DALAM AIR
FI
EDISI
III
ISO
VOL 47

KR/ : Nama dokter
                Alamat pasien
                SIK , SIP , JP
OB/OK : Efedrin (OK)
                    GG (OK)
                    CTM (OK)
OTT : NH4CL
USUL :-
PB :

Glicyriizaesuccus : 100/5mlx100ml = 2000mg
Efedrin                   : 5 / 5ml x 100 ml = 100 mg
CTM                        :2mg / 5ml x100 ml = 40 mg
NH4CL                    : 40 mg/5 ml x 100 ml = 800mg
PCT                         : 120 / 5ml x 100 mg = 0.400 mg
GG                          : 100 Mg x 3Tab = 300 mg

Aqua dest = 100 ml –( 2+ 0,1 + 0,04 +0.8 + 2,4+ 3,6)
                        = 100 ml – 8,94ml
                        =91,06 ml
                        =91 ml

Nipagin = 0,12/100 x 100 = 0,12 gr = 120 mg

PTM Efedrin 50/150 mg
I x P = 9/20x 50mg = 22,5 mg
I x H = 9/20 x 150 = 67,5 mg


Dalam R/

I X P = 0,1 : 12 = 0,008 = 8mg
I X H = 0,008 x 3 = 0,24 = 24 mg   TOD

PTM CTM -/ 40 mg
I x P = -
I x H = 9/20 x 40 mg = 18 mg
DALAM R/
I x P = 0,04 : 12 = 0.003 =3  mg
I x H = 0,003 x 3 = 0,009 = 4 mg    TOD

PTM NH4CL -/ 8gr
I  x P = -
I x H = 9 / 20 x 8000 = 3600 mg

DALAM  R/
I x P = 0,8 : 12 = 0,06= 60 mg
I x H = 0,06 x 3 = 0,18 = 180 mg  TOD

CPR


  1. TSB ( Kalibrasi botol
  2. Gerus glyrrhizae succus didalam lumpang lalu tambahkan air sama banyak gerus ad larut.
  3. Masukan NH4CL dalam erlenmeyer (+) air sama banyak goyang ad larut masukan dalam lumpang gerus ad homogen
  4. Buat nivagin dalam wadah (+) air panas ad larut (+) dalam lumpang gerus ad homogen lalu (+) efedrin (+) Ctm gerus (+) Pct gerus (+) GG gerus (+) Sisa Aq.dest gerus ad homogen .
  5. Beri etiket putih tandai tiga kali sehari satu sendok teh beri label N1 dan label KD
  6. OSD
ETIKET LABORATORIUM FARMASETIKA
AKFAR AL-FATAH BENGKULU
APOTEKER : YOSI ERMALENA Ssi . Apt
NO: 1                                                        
Tgl : 26 oktober 2013-11-01

Pro : fomela ( 9tahun)
‘Tiga kali sehari satu sendok teh ‘

fomela

TIDAK BOLEH DI ULANG
TANPA RESEP BARU DARI DOKTER

KOCOK DAHULU




dr. Anantaria Okawati Rambe
SIP. No. 123/K/98
Jln. Balai Kota III No. 15

Kendari, 17 Maret 2011

R /       Aethylmorphini Hydrochloridum       2 mg
            Epetonium                                           5 mg
            Thymi sirupi ad                                   5 ml

S.4.d.d.c.cth II

Pro                   : Dea
Umur               : 5 Tahun
Alamat                        : Jln. Bunga Matahari 2
                                                                                               
















Inkompabilitas dan Pengetasannya
Inkompabilitas merupakan interaksi yang terjadi secara fisik atau kimia suatu bahan obat yang tidak dapat bercampur dengan obat lainnya, umumnya terjadi di luar tubuh. Definisi lain menyebutkan interaksi ini terjadi di luar tubuh (sebelum obat diberikan) antara bahan obat yang tidak dapat dicampur (inkompatibel). Pencampuran obat yang inkompatibel menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna atau mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini biasanya mengakibatkan inaktivasi obat

 Sifat Fisika Kimia Sirup
a. Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan datar lainnya dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya. Untuk menentukan kekentalan, suhu zat uji yang diukur harus dikendalikan dengan tepat, karena perubahan suhu yang kecil dapat menyebabkan perubahan kekentalan yang berarti untuk pengukuran sediaan farmasi. Suhu dipertahankan dalam batas idak lebi dari 0,1 C.

b. Uji mudah tidaknya dituang
Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas sirup. Uji ini berkaitan erat dengan viskositas. Viskositas yang rendah menjadikan cairan akan smakin mudah dituang dan sebaliknya. Sifat fiik ini digunakan untuk melihat stabilitas sediaan cair selama penyimpanan.Besar kecilnya kadar suspending agent berpengaruh terhadap kemudahan sirup untuk dituang. Kadar zat penstabil yang terlalu besar dapat menyebabkan sirup kental dan sukar dituang.

c. Uji Intensitas Warna
Uji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan pada warna sirup mulai minggu 0-4. Warna yang terjadi selama penyimpanan dibandingkan dengan warna pada minggu 0. Uji ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna sediaan cair yang disimpan Selama waktu tertentu.

Pembuatan Sirup
Kecuali dinyatakan lain, Sirup dibuat dengan cara sebagai berikut :
Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki, buang busa yang terjadi, serkai.
Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glukosida antrakinon, di tambahkan natrium karbonat sejumlah 10% bobot simplisia.pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan di tambahkan Nipagin 0,25% b/v atau pengawet yang cocok.sirup disimpan dalam wadah tertutup rapar,dan di tempat yang sejuk.
A . Metode Kerja :
1. Melarutkan bahan- bahan dengan bantuan pemanasan
Sirup yang dibuat dengan cara ini apabila :
a.       Dibutuhkan pembuatan sirup secepat mungkin
b.      Komponen sirup tidak rusak atau menguap oleh pemanasan
Pada cara ini umumnya gula ditambahkan ke air yang dimurnikan dan dipanaskan sampai larut. Contoh : sirup akasia, sirup cokelat

2. Melarutkan bahan-bahan dengan pengadukan tanpa pemanasan
Metode ini dilakukan untuk menghindari panas yang merangsang inverse sukrosa. Prosesnya membutuhkan waktu yang lebih lama tetapi mempunyai kestabilan yang maksimal. Bila bahan padat akan ditambahkan ke sirup, yang paling baik adalah dengan melarutkannya dalam sejumlah air murni dan kemudian larutan tersebut digabungkan ke dalam sirup. Contoh : sirup ferro sulfat

3. Penambahan sukrosa pada cairan obat yang dibuat atau pada cairan yang diberi rasa (Colatura)
Ada kalanya cairan obat seperti tingtur atau ekstrak cair digunakan sebagai sumber obat dalam pembuatan sirup. Banyak tingtur dan ekstrak seperti itu mengandung bahan-bahan yang larut dalam alcohol dan dibuat dengan pembawa beralkohol atau hidroalkohol. Jika komponen yang larut dalam alcohol ibutuhkan sebagai bahan obat dalam pembuatan sirup, beberapa cara kimia umum dapat dilakukan agar bahan-bahan tersebut larut dalam air, campuran dibiarkan sampai zat-zat yang tidak larut dalam air terpisah sempurna dan menyaringnya dari campuran. Filtratnya adalah cairan obat yang kepadanya kemudian ditambahkan sukrosa dalam sediaan sirup. Pada kondisi lain, apabila tingtur dan ekstrak kental dapat bercampur dengan sediaan berair, ini dapat ditambahkan langsung ke sirup biasa atau sirup pemberi rasa sebagai obat. Contoh : Sirup sena

4. Maserasi dan Perkolasi
a.       Maserasi adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan cara merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari pada suhu biasa yaitu pada suhunya 15-25 0C. Contoh : Sirupus Rhei, Althaeae sirup


b.      Perkolasi ialah suatu cara penarikan, memakai alat yang disebut perkolator, yang simplisianya terendam dalam cairan penyari dimana zat-zatnya terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan keluar sampai memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan. Contoh :Sirupus cinnamomi, sirup aurantii corticis.


B. Persyaratan Mutu Dalam Pengerjaan Sirup
1.      Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glikosida antrakinon di tambahkan Na2CO3 sejumlah 10% bobot simplisia.
2.      Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan ditambahkan metil paraben 0,25 % b/v atau pengawet lain yang cocok.
3.      Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66 % sakarosa, bila lebih tinggi akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah dari 62 % sirup akan membusuk.
4.      Bj sirup kira-kira 1,3
5.      Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa (pecah menjadi glukosa dan fruktosa) dan bila sirup yang bereaksi asam inversi dapat terjadi lebih cepat.
6.      Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan akan menyebabkan terjadinya gula invert.
7.      Gula invert adalah gula yang terjadi karena penguraian sakarosa yang memutar bidang polarisasi kekiri.
8.      Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer sehingga mudah berjamur dan berwarna tua ( terbentuk karamel ), tetapi mencegah terjadinya oksidasi dari bahan obat.
9.      Pada sirup yang mengandung sakarosa 62 % atau lebih, sirup tidak dapat ditumbuhi jamur, meskipun jamur tidak mati.
10.  Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat tumbuh. Bila dalam resep, sirup diencerkan dengan air dapat pula ditumbuhi jamur.
11.  Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat ditambahkan bahan pengawet misalnya nipagin.
12.  Kadang-kadang gula invert dikehendaki adanya misalnya dalam pembuatan sirupus Iodeti ferrosi.Hal ini disebabkan karena sirup merupakan media yang mereduksi, mencegah bentuk ferro menjadi bentuk ferri. Gula invert disini dipercepat pembuatannya dengan memanaskan larutan gula dengan asam sitrat.
13.  Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka sakarosa dilarutkan dengan pemanasan lemah dan dalam botol yang tertutup, seperti pada pembuatan Thymi sirupus dan Thymi compositus sirupus, aurantii corticis sirupus. Untuk cinnamomi sirupus sakarosa dilarutkan tanpa pemanasan.
14.  Maksud menyerkai pada sirup adalah untuk memperoleh sirup yang jernih.

C. Penjernihan Sirup
Ada beberapa cara menjernihkan sirup :
1.      Menambahkan kocokan zat putih telur segar pada sirup . Didihkan sambil diaduk, zat putih telur akan menggumpal karena panas.
2.      Menambahkan bubur kertas saring lalu didihkan dan saring kotoran sirup akan melekat ke kertas saring.

Kestabilan Sirup dalam Penyimpan
A. Cara Memasukkan Sirup Dalam Botol
Cara memasukkan sirup ke dalam botol penting untuk kestabilan sirup dalam penyimpanan, supaya awet (tidak berjamur ) sebaiknya sirup disimpan dengan cara :
1.      Sirup yang sudah dingin disimpan dalam wadah yang kering. Tetapi pada pendinginan ada kemungkinan terjadinya cemaran sehingga terjadi juga penjamuran.
2.      Mengisikan sirup panas-panas kedalam botol panas (karena sterilisasi) sampai penuh sekali sehingga ketika disumbat dengan gabus terjadi sterilisasi sebagian gabusnya, lalu sumbat gabus dicelup dalam lelehan parafin solidum yang menyebabkan sirup terlindung dari pengotoran udara luar.
3.      Sterilisasi sirup, disini harus diperhitungkan pemanasan 30 menit apakah tidak berakibat terjadinya gula invert.
Maka untuk kestabilan sirup, FI III juga menuliskan tentang panambahan metil paraben 0,25% atau pengawet lain yang cocok.

Dari ketiga cara memasukkan sirup ke dalam botol ini yang terbaik adalah cara ketiga.
Dalam ilmu farmasi sirup banyak digunakan karena dapat berfungsi sebagai :
1.      Obat, misalnya : chlorfeniramini maleatis sirupus.
2.      Corigensia saporis, misalnya : sirupus simplex
3.      Corigensia odoris, misalnya : sirupus aurantii
4.      Corigensia coloris, misalnya : sirupus Rhoedos, sirupus rubi idaei
5.      Pengawet, misalnya sediaan dengan bahan pembawa sirup karena konsentrasi gula yang tinggi mencegah pertumbuhan bakteri.

B. Penetapan kadar sakarosa
1.      Timbang seksama + 25 gram sirup dalam labu terukur 100 ml, tambahkan 50 ml air dan sedikit larutan Aluminium hidroksida p. Tambahkan larutan timbal ( II ) sub asetat p tetes demi tetes hingga tetes terakhir tidak menimbulkan kekeruhan.
2.      Tambahkan air secukupnya hingga 100,0 ml saring, buang 10 ml filtrat pertama. Masukkan + 45,0 ml filtrat kedalam labu tentukur 50 ml, tambahkan campuran 79 bagian volume asam klorida p dan 21 bagian vol. Air secukupnya hingga 50,0 ml. Panaskan labu dalam tangas air pada suhu antara 68 oC dan 70 oC selama 10 menit, dinginkan dengan cepat sehingga suhu lebih kurang 20 oC.
3.      Jika perlu hilangkan warna dengan menggunakan tidak lebih dari 100 mg arang penyerap.
4.      Ukur rotasi optik larutan yang belum di inversi dan sesudah inversi menggunakan tabung 22,0 cm pada suhu pengukur yang sama antara 10 oC dan 25 oC.

Pembahasan Auranti Sirup (Sirup Jeruk Manis)
·         Sirup adalah cairan berkadar gula tinggi. Untuk rasa dan flavor, gula sirup dilarutkan dengan sari buah, atau larutan gula ditambah dengan sari buah.
·         Sirup jeruk dapat disimpan lama tanpa penambahan bahan pengawet dan tanpa proses sterilisasi dalam pengemasnnya karena tingginya kadar gula (67,5%) dan rendahnya pH (di bawah 4,0).
·         Pembuatan sirup jeruk cukup mudah, dan dapat dikerjakan dengan alat-alat sederhana. Pada tulisan ini dijelaskan pengolahan sirup jeruk untuk industri kecil.

A. Cara Pembuatan Sirup Jeruk Manis
Cara pembuatan : campur 10 bagian kulit buah jeruk manis yang telah dipotong kecil-kecil dengan 20 bagian larutan metil paraben 0,25%. Biarkan dalam tempat tertutup selama 12 jam. Pindahkan ke dalam perkolator, perkolasi dengan larutan metil paraben 0,25% secukupnya hingga diperoleh 37 bagian perkolat. Tambahkan 63 bagian gula pada

suhu kamar atau pada pemanasan perlahan-lahan dalam tempat tertutup hingga diperoleh 100 bagian sirup.
Pemerian : cairan kental, jernih, warna coklat, bau khas aromatik.

        B. Nutrisi di Jeruk Manis
Jeruk manis kaya akan vitamin C dan kalium. Satu persediaan jeruk sekitar 116,2% dari nilai harian untuk vitamin C kulit Its mengandung citral, aldehida bahwa kerumitan aksi vitamin A. Selain mineral dan vitamin yang diberikan dalam tabel ini juga mengandung 86,0 g Moisture.

Vitamin (Per 100 g)
Vitamin A
198 IU
Vitamin B2
(Riboflavin)
0,046 mg
Vitamin B1
(Thiamin)
0,113 mg
Vitamin C
65,69 mg
Mineral (Per 100 g)
Karbohidrat
12,0 g - 12,67 g
Kalsium
40 g-43 g
Kalium
190 mg - 201 mg
Besi
0,2 g - 0,8 g
Kalori
48 - 52
Protein
0,8 g - 1,4 g
Lemak
0,2 g - 0,4 g
Serat
0,8 g


          C.           Kegunaan Jeruk Manis
1.      Pulp jeruk manis digunakan untuk membuat jus segar yang kaya akan kandungan protein.
2.      Dengan kulit buah digunakan untuk membuat parfum dan sabun.
3.      Minyak goreng diekstrak dari bijinya.
4.      Sari daun jeruk manis yang digunakan untuk mengontrol borok, luka dll

          D.          Manfaat Jeruk Manis
1.      Kaya Vitamin C konten dalam jeruk manis membantu dalam perlindunganantioksidan dan dukungan kekebalan.
2.      Segelas Orange Juice dikatakan lebih protektif dari asupan Vitamin C Alone.
3.      Long-Acting Liminoids dalam buah jeruk menambah kemampuan mereka untuk mempromosikan kesehatan yang optimal.
4.      Senyawa dalam kulit jeruk menurunkan Kolesterol sebagai efektif sebagai Obat Statin.
5.      Serat kaya dalam buah membantu mencegah aterosklerosis.
6.      Perlindungan terhadap Rheumatoid Arthritis.
7.      Membantu dalam mencegah Luka lambung dan mengurangi risiko untuk Kanker Lambung.

Keuntungan Dan Kerugian sediaan Sirup
A. Keuntungan
1. Merupakan campuran yang homogeny
2. Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan
3. Oba lebih mudah diabsorbsi
4. Mempunyai rasa manis
5. Mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga menimbulkan daya tarik untuk anak
6. Membantu paien yang mendapat kesulitan dalam menelan obat

B. Kerugian
1. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan
2. Volume dan bentuk larutan lebih besar
3. Ada yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup


DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1990. ”Ilmu Meracik Obat”. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Martin, A.N. 1970. Physical Pharmacy. Second edition. Lea and Febiger, Philadelphia.
SMF. 2004. Teori Ilmu Resep jilid I, Jakarta.
http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/obat.pdf
di 20:44 Haiyul Fadhli, S.Farm, Apt, M.Si Haiyul Fadhli, M. Si